Kamis, 22 Maret 2012

Dear my friend, you're not alone :)

Pernah merasa sedih??
Depresi, bingung, kecewa, bahkan Galau??
Saya yakin setiap orag pernah merasakan hal demikian. Lantas bagaimana Anda mengatasinya??
Pastilah setiap orang juga memiliki caranya sendiri-sendiri untuk mengatasi masalahnya. Saya pun demikian, saya juga memiliki cara sendiri untuk mengatasi masalah saya, lebih tepatnya cara meringankan beban saya. 

Kali ini saya pun akan membahasnya dan sekaligus menceritakan sedikit pengalaman saya bersama teman-teman kuliah saya beberapa hari yang lalu. Saat saya sedang mendapatkan masalah yang membuat saya galau berkepanjangan, saya memiliki dua cara andalan. 

Yang pertama adalah menangis. Saat sedih, saya selalu memilih untuk menangis. Memang pada dasarnya, saya ini tergolong perempuan cengeng. Mudah sekali air mata keluar, seakan-akan persediaan air mata saya saking banyaknya, sampai-sampai untuk mengeluarkan air mata tidak tanggung-tanggung. Baik saat bahagia, maupun saat sedih. Menangis memang salah satu cara yang tepat untuk meluapkan kesedihan. Dengan menangis, beban yang saya rasakan berkurang, saya bisa merasa sedikit lega.

Yang kedua adalah berteriak. Mungkin sebagian orang berfikir itu adalah hal konyol. Tapi tidak bagi saya, justru berteriak adalah cara ampuh untuk meluapkan apa yang sedang saya rasakan, terlebih saat saya gundah gulana.

Jadi menangis dan berteriak adalah dua cara yang menurut saya ampuh untuk mengatasi kesedihan, khususnya bagi pribadi saya.

Pengalaman saya, lebih tepatnya pengalaman saya bersama teman-teman saya terjadi beberapa hari yang lalu, yaitu hari Senin, 20 Maret 2012 setelah melakukan pemotretan edisi foto ijazah. Saat itu, teman saya sedang sedih, yang bisa dibilang galau tingkat akut. Saya berinisiatif untuk mengajak dia dan beberapa teman lain pergi ke taman belakang gedung, karena tempat tersebut sepi, asri, dan cocok untuk meluapkan kesedihan. Ya, saya mengajak teman saya untuk berteriak sekencang-kencangnya. Saya meminta teman saya untuk mengeluarkan segala unek-uneknya dengan berteriak. Awalnya dia kesulitan, tapi kelamaan dia bisa berteriak kencang. Dan sepertinya usaha saya berhasil. Teman saya yang pada awalnya sering melamun dan murung, setelah berteriak dia bisa tersenyum dan lebih bersemangat. Betapa senangnya saya bisa melihat teman saya kembali bangkit. 

Saya berharap teman saya bisa menyudahi kesedihannya, kegalauannya, kemurungannya, dan bisa bangkit seperti sedia kala. Bisa tersenyum, tertawa, dan tentunya konsetrasi kuliah, mengingat kuliah kami tinggal beberapa bulan menuju kelulusan. 
Amin.
Semangat kawan!!!

Yups, menangis dan berteriak adalah dua teknik dari sekian banyaknya teknik yang dapat mengatasi kesedihan dan kegalauan. 
Gak percaya??? Try It!! :D

Kamis, 15 Maret 2012

Cahaya Pagi

05.34

Cahaya terang memasuki hidup
Menerangi relung hati yang paling dalam
Berhias cinta dan kasih sayang
Menorehkan kenangan tak terlupa
Mewarnai jiwa yang kelam
Membasuh hangat dinginnya perasaan
Cahaya terang yang menetap di hati
Tak ingin pergi dan jangan pernah pergi
Hati ini tak ingin kembali sepi
Tetaplah menyelimuti
Mewarnai hati ini

Beras untuk Bapak Pemulung yang Ulet

Subhanallah sekali hari ini, sesuatu yang luar biasa telah terjadi, dan membuat diri ini semakin menyadari bahwa betapa besar anugerah Allah yang diberikan kepada saya sepanjang 20 tahun lebih ini.. 
Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Mu Tuhan Sekalian Alam. Terimakasih atas nikmat yang telah Engkau berikan.

Di tengah perjalanan pulang ke kos saya setelah pulang kuliah dan makan di sebuah warung makan KFC (Kalimongso Food Court), saya berpapasan dengan bapak pemulung sampah di jalan raya dekat kos saya. Saya pun memulai berdialog dengan beliau,

Saya : Maaf Pak, saya mempunyai beras yang sudah tidak saya masak. Apakah Bapak mau menerimanya?
Bapak : Mau, saya mau (singkat dan sangat antusias)
Saya : Kalau gitu, Bapak ikut saya. Itu kos saya (sambil menunjukkan dengan jari telunjuk)
Bapak : Iya mbak
Saya : Bapak tunggu bentar ya, saya mau ambil berasnya.. 
Lalu saya masuk kos dan mengambil 2 plastik beras, dan memberikannya kepada Bapak itu.
Saya : Ini Pak, berasnya. Ini beras sisa acara kelas saya, sudah lama. Yang plastik ini, masih bersih tapi ada semut sedikit. Nah, yang satunya lagi, sebelumnya maaf Pak, karena berasnya ada kutunya. Tapi Bapak bisa memberihkannya kok.
Bapak : Iyaa, gapapa mbak
Saya : Bapak tinggal dimana?
Bapak : Saya di Sarmili mbak
Saya : Bapak punya berapa anak? Tinggal sama istri juga?
Bapak : Anak saya 3 mbak, istri saya sudah lama meninggal
Saya : Innalillahiwainnailaihi rojiun, (shock dan tidak ingin bertanya lebih mengenai almh. istrinya). Owh gitu.. Bapak kerja setiap hari?
Bapak : Iyalah mbak, untuk mencari makan. Nyekolahin anak juga..
Saya : Iyaa Pak. Yaudah Pak, kalau gitu saya masuk dulu ya Pak, makasih
Bapak : Makasih ya mbak..
Saya : Iya Pak, sama2..

Beras yang saya berikan ke bapak pemulung tadi adalah beras sisa makrab kelas saya, yaitu kelas 3X. Berhubung pada bingung mau diapain berasnya, maka diputuskan beras tersebut akan disedekahkan. Dan Alhamdulillah, hari ini niat tersebut terlaksana. Terimakasih untuk 3X, hari ini kita telah membantu salah satu saudara kita yang kurang mampu. Semoga Allah membalas dengan Ridho-Nya. Amin

Sabtu, 10 Maret 2012

Promise Yourself

Promise yourself to be so strong that nothing can disturb your peace of mind

To talk health, happiness and prosperity to every person you meet.

To make all your friends feel like there is something in them.

To look at the sunny side of everything and make your optimism come true.

To think only of the best, to work only for the best, and expect only the best.

To be just as enthusiastic about the success of others as you are about your own.

To forget the mistakes of the past and press on the greater achievements of the future.

To wear a cheerful countenance at all times and give every living person you meet a smile.

To give so much time to the improvement of yourself that you have no time to criticize others.

To be too large for worry, too noble for anger, and too strong for fear, and too happy to permit the presence of trouble.

Author Unknown


from : Graduate Book of My Senior High School