Aku memiliki sepasang sandal yang hampir rusak, tetapi bagiku sandal itu masih dapat berfungsi jika aku menggunakan tenaga tukang sol untuk memperbaikinya. Namun, sulit sekali untuk menemukan tukang sol sepatu, karena mereka tidak memiliki tempat tetap (baca : mangkal), melainkan mereka berkeliling untuk mencari pelanggan. Saat aku tengah makan gado-gado di Ceger, kebetulan aku sedang membawa sepasang sandalku yang memang ingin aku sol-kan hari itu. Betapa senangnya aku setelah aku menemukan tukang sol sepatu jalan melewati jalan Ceger. Aku pun memanggilnya dan ku berikan sepasang sandalku. Lalu aku pun memulai percakapan dengan bapak tukang sol sepatu itu.
Aku :berapa pak?
Bapak : 10.000 neng
Aku : mahal pak
Bapak : yasudah 8.000 ya neng
Aku : iya pak. Bapak selalu keliling?
Bapak :iyalah neng, kalau tidak, saya tidak akan dapat pelaggan. Dengan berkeliling saja masih susah neng.
Aku : memang biasanya setiap hari bapak dapat berapa?
Bapak : tidak pasti neng, kadang 2 pelanggan, 3 pelanggan, 1 pelanggan, bahkan tidak ada pelanggan juga pernah neng. Yaa kalau lagi beruntung, sehari bisa 20.000-30.000. Berapa pun hasilnya, tetap bersyukur neng, namanya juga untuk menghidupi keluarga.
Saat tengah berbincang-bincang, bapak itu pun telah menyelesaikan sandalku, lalu memberikannya kepadaku. Aku pun membayarnya 8.000.
Aku : oh…begitu pak. Ini uangnya, terima kasih pak.
Bapak : terima kasih neng.
Setelah bapak tukang sol sepatu itu pergi, ada penyesalan di dalam hatiku. Aku menyesal telah menawar tarif sol sandalku. Dalam keadaan ekonomi yang tengah melilitnya, dengan penghasilan sangat tidak pasti yang akan digunakan untuk menghidupi keluarganya, aku masih tega untuk menawarnya, bahkan hanya 2.000. Maafkan aku bapak. Meski bapak telah ikhlas, tapi aku menyesal tidak membayar sesuai tarif bapak. Maaf. Semoga semakin dilancarkan rezeki bapak. Amin.
Aku :berapa pak?
Bapak : 10.000 neng
Aku : mahal pak
Bapak : yasudah 8.000 ya neng
Aku : iya pak. Bapak selalu keliling?
Bapak :iyalah neng, kalau tidak, saya tidak akan dapat pelaggan. Dengan berkeliling saja masih susah neng.
Aku : memang biasanya setiap hari bapak dapat berapa?
Bapak : tidak pasti neng, kadang 2 pelanggan, 3 pelanggan, 1 pelanggan, bahkan tidak ada pelanggan juga pernah neng. Yaa kalau lagi beruntung, sehari bisa 20.000-30.000. Berapa pun hasilnya, tetap bersyukur neng, namanya juga untuk menghidupi keluarga.
Saat tengah berbincang-bincang, bapak itu pun telah menyelesaikan sandalku, lalu memberikannya kepadaku. Aku pun membayarnya 8.000.
Aku : oh…begitu pak. Ini uangnya, terima kasih pak.
Bapak : terima kasih neng.
Setelah bapak tukang sol sepatu itu pergi, ada penyesalan di dalam hatiku. Aku menyesal telah menawar tarif sol sandalku. Dalam keadaan ekonomi yang tengah melilitnya, dengan penghasilan sangat tidak pasti yang akan digunakan untuk menghidupi keluarganya, aku masih tega untuk menawarnya, bahkan hanya 2.000. Maafkan aku bapak. Meski bapak telah ikhlas, tapi aku menyesal tidak membayar sesuai tarif bapak. Maaf. Semoga semakin dilancarkan rezeki bapak. Amin.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar