Senin, 02 Januari 2012

Nenekku yang ceria dan gemar bercerita (1)

Ada 4 bagian dalam cerita ini. Bagian 1, bagian 2, bagian 3, dan bagian 4. Semoga bermanfaat.
Bagian 1
Nenekku adalah nenek terbaik yang pernah aku temui sepanjang  hidupku.
Namaku Daisy, aku telah menginjak umur ke-20 tahun. Sekarang aku kuliah di perguruan tinggi kedinasan di Jakarta, tepatnya aku sudah menginjak tahun terakhir, sebentar lagi akan lulus dan diwisuda.
Aku ingin menceritakan tentang nenekku. Mengapa? Karena beliau adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupku, disamping kedua orangtuaku tentunya.
Aku lahir di sebuah rumah kecil sangat sederhana, di tengah keluarga yang bisa dibilang sangat sederhana. Aku tidak dilahirkan di rumah sakit karena melihat kondisi ekonomi keluargaku saat itu yang masih serba minim. Ibuku adalah seorang guru pegawai negeri yang pada saat itu gajinya hanya Rp 80.000 per bulan. Sedangkan ayahku adalah seorang guru swasta yang gajinya sangat sangat jauh dibanding ibuku. Saat itu, ayah dan ibu hidup dengan penuh kesederhanaan. Maka, untuk melahirkanku di rumah sakit, mereka tak akan mampu. Dengan dibantu nenekku, aku pun lahir dari rahim ibu dengan tangisan mungil yang membuat ibu, ayah, dan nenekku haru bahagia.
Sejak saat masih bayi tersebut, nenekku merawatku, sedang ayah dan ibuku membanting tulang untuk menghidupiku. Ya, aku memang berpisah dari orangtuaku, aku memang saat itu haus akan kasih sayang ayah ibuku. Namun, hal itu terobati dengan kasih sayang yang diberikan oleh nenekku. Nenekku dengan sabar merawatku, membuatkanku susu, memandikanku, mengganti popokku, dsb.
Suatu hari, terdapat acara pernikahan tetanggaku. Nenekku pun membawaku kesana dengan digendong menggunakan selendang yang dibalutkan ke badannya. Disana, aku merengek, menangis, membuat nenekku repot. Bahkan, yang paling merepotkan adalah aku sempat buang air besar, sehingga nenekku pun harus mengurusiku, mengganti popokku, dan meninggalkan acara. Sungguh, merepotkan sekali aku.
Nenekku tinggal berdua dengan kakekku, semua anak-anaknya telah berkeluarga dan tinggal di berbagai daerah. Kecuali orangtuaku, yang tinggal tidak jauh dari rumah nenekku. Sewaktu SD, setelah pulang sekolah aku selalu pulang ke rumah nenekku sebab rumahku kosong, ditinggal oleh orangtuaku yang bekerja membanting tulang. Nenekku sangat perhatian, yang paling aku ingat adalah sewaktu nenek mengajariku matematika, beliau mengajariku menghitung matematika dengan jari. Setiap orantuaku marah padaku, aku pun selalu cerita ke nenekku. Beliau selalu ada untukku dan kami berdua selalu bergantian cium pipi, meski di depan umum sekalipun.

bersambung...

1 komentar: